Ada Cinta Di Tiap Rajutannya

Merajut mungkin identik dengan lansia. TV, film, novel, atau buku menggambarkan dan mengidentikkan kegiatan merajut dengan para lansia. Meskipun begitu, kalangan anak muda juga mulai memiliki minat pada rajutan karena berbagai model yang dihasilkan tidak pasaran dan tahan lama. Jika beberapa dekade silam rajutan hanya menghasilkan sweater, syal, atau topi, sekarang bahkan rajutan bisa menghasilkan gaun musim panas yang indah. Konsepnya sedikit out of the box mengingat rajutan sangat cocok untuk musim dingin.

Teknik merajut pertama kali dilakukan oleh orang Arab di Timur Tengah. Orang-orang Arab pada masa itu merajut untuk membuat permadani dan menjualnya pada para pedagang. Perlahan-lahan, teknik merajut mulai terkenal di daerah Eropa dan Asian lewat adanya perdagangan antar negara. Pada masa itu jenis benang yang digunakan juga terbatas.

Pada masa sekarang, merajut jadi lebih mudah karena alat dan bahannya banyak tersedia. Berbagai macam benang diproduksi dan bisa menjadi bahan merajut. Beberapa orang masih menggunakan benang wol asli dari bulu hewan untuk mempertahankan produknya tetap otentik. Namun, karena ada banyak jenis benang, tidak salah jika mencoba menggunakan benang katun, akrilik, atau polyester.

Meskipun sebenarnya mudah dan bahannya murah, kadang merajut bisa jadi hal yang sulit. Merajut membutuhkan kesabaran, ketelitian,  dan waktu yang lama dalam pembuatannya. Karena itulah, sweater, syal, tas, dan berbagai jenis rajutan harganya mahal bahkan hingga jutaan rupiah.

Selain menghasilkan produk yang indah, merajut memiliki manfaat lain. Manfaat merajut antara lain:

  • Produktif
  • Pereda stress
  • Mengurangi kecemasan
  • Membantu menurunkan tekanan darah

Karena memiliki banyak manfaat, maka merajut bisa jadi pilihan saat memiliki waktu senggang. Memberikan hadiah berupa rajutan juga merupakan simbol kasih sayang karena membuat rajutan butuh waktu lama. Karena itu ada ungkapan bahwa ‘dalam sebuah rajutan, ada cinta di tiap rajutannya’.

Share this article

You May Also Like

About the Author: Seruni

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *